Sejarah QR Payments ASEAN : Dari Inovasi Domestik Menuju Integrasi Regional
Transformasi digital dalam sistem pembayaran telah menjadi salah satu faktor kunci dalam perkembangan ekonomi modern, terutama di kawasan Asia Tenggara. Dengan populasi lebih dari 650 juta jiwa dan tingkat penetrasi smartphone yang sangat tinggi, kawasan ASEAN menjadi pasar potensial bagi inovasi pembayaran berbasis digital. Salah satu teknologi yang mengalami perkembangan pesat adalah QR Payments, yaitu metode pembayaran menggunakan kode QR (Quick Response) yang memungkinkan transaksi cepat, mudah, dan aman hanya dengan memindai kode melalui ponsel. Sejak pertama kali diperkenalkan dalam skala domestik, QR Payments kini telah berkembang menjadi instrumen keuangan lintas negara, mendukung transaksi internasional di antara negara-negara ASEAN. Artikel ini akan mengupas sejarah perkembangan QR Payments di ASEAN, dari tahap awal hingga integrasi lintas batas yang semakin menguat.
Awal Mula QR Payments di Asia Tenggara
Konsep QR Payments mulai diperkenalkan secara masif di Asia sejak pertengahan 2010-an. Tiongkok menjadi pelopor dengan keberhasilan Alipay dan WeChat Pay dalam mengubah pola transaksi masyarakat. Tren ini kemudian menyebar ke Asia Tenggara, di mana negara-negara ASEAN melihat potensi besar untuk meningkatkan inklusi keuangan dan memperluas akses pembayaran digital bagi masyarakat luas.
Di Indonesia, Bank Indonesia meluncurkan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) pada Agustus 2019 sebagai standar nasional pembayaran berbasis QR code. Langkah ini diikuti oleh negara lain di kawasan seperti Thailand dengan PromptPay QR, Malaysia dengan DuitNow QR, Singapura dengan SGQR, dan Filipina dengan QR Ph. Semua inisiatif ini bertujuan menyatukan berbagai penyedia layanan pembayaran ke dalam satu ekosistem yang terintegrasi, sehingga memudahkan konsumen maupun merchant.
Peran Standarisasi dalam Perkembangan QR Payments
Salah satu tantangan awal dalam penerapan QR Payments adalah fragmentasi sistem. Setiap penyedia layanan cenderung menggunakan kode QR mereka sendiri, sehingga tidak kompatibel dengan platform lain. Untuk mengatasi masalah ini, regulator di berbagai negara mendorong standarisasi.
Contoh suksesnya adalah Indonesia dengan QRIS, yang menggabungkan seluruh penyedia layanan keuangan (bank maupun non-bank) dalam satu kode standar. Thailand dengan PromptPay QR juga berhasil membangun sistem interoperabilitas. Dengan adanya standarisasi ini, pengguna hanya perlu satu aplikasi untuk melakukan pembayaran ke berbagai merchant, sementara merchant tidak perlu menyiapkan banyak kode dari penyedia berbeda.
Standarisasi ini kemudian menjadi fondasi penting bagi upaya integrasi QR Payments lintas negara di ASEAN, karena membuka peluang harmonisasi di tingkat regional.
Dorongan ASEAN dalam Integrasi QR Payments
Seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat ASEAN dan berkembangnya pariwisata, kebutuhan akan sistem pembayaran lintas negara semakin mendesak. Bayangkan seorang wisatawan asal Thailand yang berkunjung ke Indonesia: sebelumnya, ia harus menukar uang ke rupiah atau menggunakan kartu kredit yang biayanya relatif tinggi. Dengan QR Payments lintas batas, wisatawan cukup menggunakan aplikasi pembayaran dari negaranya untuk memindai QRIS di Indonesia. Sistem akan otomatis mengkonversi mata uang dan menyelesaikan transaksi dalam hitungan detik.
ASEAN, melalui kerja sama antar bank sentral, mendorong program Regional Payment Connectivity (RPC) sebagai kerangka integrasi sistem pembayaran digital, termasuk QR Payments. Inisiatif ini dimulai pada 2019 ketika Bank Indonesia dan Bank of Thailand menandatangani nota kesepahaman untuk menghubungkan sistem QR pembayaran lintas negara. Kolaborasi ini kemudian berkembang dengan melibatkan Malaysia, Singapura, dan Filipina.
Pada tahun 2022, lima negara ASEAN – Indonesia, Thailand, Malaysia, Singapura, dan Filipina – sepakat memperkuat kerja sama dalam Cross-Border Payment Connectivity. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem pembayaran lintas negara yang cepat, murah, transparan, dan inklusif.
Tonggak Penting dalam Sejarah QR Payments ASEAN
2019 – Peluncuran QRIS di Indonesia
Indonesia menetapkan standar nasional pembayaran berbasis QR, menjadikannya salah satu pionir di ASEAN dalam hal standarisasi.
2019 – Kerja Sama Indonesia–Thailand
Bank Indonesia dan Bank of Thailand resmi meluncurkan kerja sama QR Payment lintas batas. Ini menjadi proyek percontohan integrasi QR Payments ASEAN.
2020–2021 – Perluasan ke Malaysia dan Singapura
Malaysia mengembangkan DuitNow QR, sementara Singapura meluncurkan SGQR, dengan tujuan memperluas interoperabilitas.
2022 – ASEAN 5 Cross-Border QR
Lima negara utama ASEAN menandatangani kesepakatan untuk menghubungkan sistem QR Payments lintas negara.
2023 – Implementasi Outbound–Inbound QRIS
Indonesia mulai melaksanakan transaksi lintas negara melalui QRIS, memungkinkan masyarakat melakukan pembayaran di Thailand, Malaysia, dan Singapura.
2025 – Ekspansi ke 9 Negara
Hingga Agustus 2025, QR Payments ASEAN telah menjangkau sembilan negara, termasuk Jepang sebagai mitra kerja sama di luar ASEAN, memperluas jangkauan wisatawan dan pelaku bisnis.
Manfaat Integrasi QR Payments di ASEAN
Integrasi QR Payments membawa sejumlah manfaat signifikan, baik bagi konsumen, pelaku usaha, maupun perekonomian secara keseluruhan:
Kemudahan bagi wisatawan
Wisatawan bisa bertransaksi dengan lebih praktis tanpa harus menukar uang tunai atau khawatir dengan biaya konversi tinggi.
Efisiensi biaya transaksi
Transaksi QR lintas negara umumnya lebih murah dibandingkan penggunaan kartu kredit internasional.
Mendorong inklusi keuangan
Dengan sistem QR yang mudah diakses, lebih banyak masyarakat – termasuk UMKM – dapat masuk ke dalam ekosistem pembayaran digital.
Penguatan ekosistem digital ASEAN
Integrasi QR Payments memperkuat visi ASEAN dalam membangun ASEAN Digital Economy, yang ditargetkan bernilai triliunan dolar pada dekade berikutnya.
Tantangan dalam Implementasi QR Payments ASEAN
Meski perkembangan QR Payments di kawasan ini sangat pesat, masih ada sejumlah tantangan yang perlu diatasi:
Perbedaan regulasi antar negara
Setiap negara memiliki aturan dan standar berbeda terkait fintech dan sistem pembayaran. Harmonisasi masih menjadi pekerjaan besar.
Keamanan siber
Semakin besar volume transaksi lintas batas, semakin tinggi pula risiko kejahatan digital. Perlindungan data konsumen menjadi prioritas.
Kesenjangan infrastruktur digital
Tidak semua wilayah di ASEAN memiliki akses internet stabil, terutama di daerah rural dan 3T.
Kebutuhan literasi digital
Konsumen dan merchant masih perlu diedukasi agar nyaman menggunakan QR Payments, terutama dalam konteks lintas negara.
Masa Depan QR Payments ASEAN
Melihat tren saat ini, masa depan QR Payments di ASEAN sangat menjanjikan. Integrasi lintas negara akan terus diperluas tidak hanya di ASEAN, tetapi juga dengan mitra dagang utama seperti Jepang, Korea Selatan, bahkan Tiongkok dan India.
Selain itu, perkembangan teknologi seperti QRIS Tap (NFC-based) dan integrasi dengan Central Bank Digital Currency (CBDC) dapat membawa sistem pembayaran ke level yang lebih canggih. Visi besar ASEAN adalah menciptakan kawasan dengan sistem pembayaran lintas negara yang seefisien transaksi domestik – cepat, murah, aman, dan inklusif.
Jika hal ini terwujud, QR Payments ASEAN tidak hanya mendukung perdagangan dan pariwisata, tetapi juga memperkuat posisi kawasan sebagai kekuatan ekonomi digital global.
Kesimpulan
Sejarah QR Payments ASEAN mencerminkan bagaimana inovasi domestik dapat berkembang menjadi integrasi regional yang strategis. Dimulai dari standarisasi nasional di masing-masing negara, kini QR Payments telah melintasi batas negara, mendukung pariwisata, perdagangan, dan inklusi keuangan di seluruh kawasan.
Dengan dukungan politik yang kuat, kerja sama antar bank sentral, serta adopsi masyarakat yang semakin luas, QR Payments ASEAN berpotensi menjadi model global dalam integrasi sistem pembayaran digital lintas negara. Ke depan, tantangan seperti harmonisasi regulasi, keamanan digital, dan literasi masyarakat harus terus diatasi agar manfaat QR Payments dapat dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat.
Dari 2019 hingga 2025, perjalanan QR Payments ASEAN adalah bukti nyata bahwa kolaborasi regional mampu melahirkan solusi pembayaran modern yang praktis, efisien, dan mendukung pertumbuhan ekonomi kawasan.